ANGKATAN 2008

ANGKATAN 2008

Sabtu, 24 Maret 2012

Kehidupan Kristen dalam kebudayaan Duniawi




Judul Buku      : Kehidupan Kristen Dalam Kebudayaan Duniawi
Pengarang       : Douglas D. Webster
Penerbit           : Gandum Mas, Malang
Tebal Buku      : 175 halaman.

            Dalam buku ini memuat tentang kehidupan Kristen dalam kebudayaan duniawi, yang pertama adalah: mentalitas baru yaitu mental yang baru (karunia Tuhan) dimana ada keberanian untuk menyatakan Yesus adalah Tuhan. Dan kita dituntut untuk mempunyai mentalitas seperti Kristus karena kita adalah milik Kristus. Kedua mengenal Yesus secara pribadi dan percaya bahwa Tuhan Yesuslah yang memimpin setiap langkah hidup kita. Yesus tidak pernah dan tidak akan menyesuaikan diri-Nya dengan kebudayaan manapun juga sekiranya tidak sesuai dengan firman Allah. Ketiga adalah Kristus dan manusia utuh, Yesus datang kedunia ini membawa keselamatan kepada siapa saja yang mau dan menyerahkan dirinya untuk diubah menjadi manusia baru. Berita pengampunan bersifat kekal, yang sanggup menembus aliran-aliran mentalitasdari zaman ke zaman.
Dan kita juga harus tahu bahwa Injil juga tidak terbatas oleh waktu, dan yang harus kita ingat bahwa Yesus tidak perna memancarkan kebudayaan abad pertama, melainkan Ia membentuk budaya tersendiri dengan mengubah orang-orang secara utuh melalui pembenaran dan perdamaian dengan Allah Bapa. Keempat adalah suasana Roma: dahulu dan sekarang. Dalam pembahasan tentang kota Roma bisa kita melihat dari sejarah bahwa roma adalah kota berkembangnya aliran sekularisme dan animisme bisa dilihat dari peninggalan berupa patung-patungnya. Dan cara penerapan injil pada zaman Paulus akan berbeda dengan zaman sekarang oleh sebab itu kita harus melihat kebudayaan yang sekarang ini. Kelima adalah menara teknologi Babel, sedikit sekali manusia yang meremehkan manfaat yang telah dibawa oleh teknologi. Teknologi mengungkapkan apa yang menjadi hakekat kondisi rohani manusia modern.
Keenam adalah materialisme: candu abadi. Pemuda kaya yang dengan sedih pergi meninggalkan Yesus karena Dia menuntut pemuda ini menjual semua harta miliknya, jangan perna harta dan jaminan material menjadi penghalang iman menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Ketujuh adalah jawaban yang tidak kita beri. Bila kita menyampaikan injil sampaikanlah dengan kuasa Yesus dimana setiap Yesus mengajar dan memberitakan tentang kerajaan Allah pasti kuasa-Nya selalu ditunjukan dan setiap orang yang mendengar menjadi yakin dan percaya. Kedelapan adalah adakah keluarga dapat selamat. Keluarga mampu berfungsi secara wajar anggota-anggotanya bertindak seiring dengan struktur yang telah ditetapkan Allah. Salah satu faktor utama dalam kehancuran hubungan orang tua si anak adalah hilangnya pengaruh etika dan moral dari orang tua.
Kesembilan adalah misi: suatu cara hidup. Dimana-mana ada orang-orang yang membutuhkan Kristus, dimana-mana ada garis-garis depan budaya yang harus dilintasi, mempelajari bahasa yang baru dan menyesuaikan diri dengan adat-adat baru mungkin diharapakan, namun mungkin juga tidak. Kesepuluh adalah reformasi. Cara hidup yang diminta Kristus bertentangan dengan cara hidup setan dan dunia. Kebudayaan tidak perna mengkonfrontasi Kristus. Kristuslah yang mengkonfrontasi kebudayaan, suatu reformasi baru yang dipimpin oleh Firman Allah dan Roh Allah merupakan kenyataan yang sangat dibutuhkan di dalam kebudayaan modern ini.

Penting Kebudayaan dalam Komunikasi Lintas Budaya
            Setiap orang memiliki budaya dan tidak seorang pun dapat dipisahkan dari budayanya sendiri. Tantangan berat bagi para misionaris (baik dalam maupun luar negeri) adalah mengidentifikasi diri dengan orang-orang yang dilayani. Untuk itu, mereka dituntut memahami budaya kelompok masyarakat yang dituju.
Tuhan Yesus juga melaksanakan mandat kebudayaan  
-          Ia menyembuhkan orang-orang sakit Analogi : Baksos, Operasi katarak MGC
-           Ia memberi makan kepada 5.000 orang lapar Analogi : Membantu korban bencana alam
-          Ia mengasihi orang-orang miskin dan orang-orang marginal (terpinggirkan)
Matius 25 : 34-40
Dalam gerakan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh para misionaris, pernah terjadi perbedaan yang tidak jelas antara Injil dan kebudayaan. Walaupun tidak mudah, perbedaan Injil dan budaya harus dibuat dengan jelas. Jika perbedaan antara kedua unsur tersebut kurang jelas, akan ada bahaya bagi pembawa Injil untuk membiarkan budayanya sendiri menjadi pesan Injil. Ada beberapa contoh "bagasi budaya" yang dijadikan bagian dari pesan Injil, seperti demokrasi, kapitalisme, bangku dan mimbar gereja, sistem organisasi, peraturan, pakaian resmi pada hari Minggu, dll.. Akhirnya, sering kali terjadi permasalahan terhadap budaya asing yang ditambahkan atau dilampirkan pada pesan Injil mengakibatkan penolakan terhadap kekristenan.
Ketika berhadapan dengan budaya, Injil sering menghadapi dua kemungkinan, yaitu Injil menelan budaya atau budaya menelan Injil. Kedua-duanya sama-sama mendatangkan kerugian. Jalan keluarnya adalah kontekstualisasi.

                      



Rekomendasi
 Buku Kehidupan Kristen dalam Kebudayaan Duniawi karangan Douglas D. Webster saya rekomendasikan kepada semua dosen teologi/misiologi, mahasiswa teologi, misionaris (calon misionaris), pemimpin gereja, pelayan dan semua kategori/pelayan awam. Buku ini memang disiapkan untuk mereka-mereka ini untuk memperlengkapi pengetahuan mereka.
Buku ini akan sangat menolong mereka-mereka ini untuk memahami tema-tema tersebut dalam buku Kehidupan Kristen dalam Kebudayaan Duniawi ini, yang dirangkum dalam suatu upaya untuk memahami bagaimana menghadapi budaya duniawi dalam konteks, yaitu konteks kehidupan orang Kristen.


Para Pengkhotbah Masa Depan


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1926116770677&set=a.1609942866527.48046.1774911917&type=1

Sejarah Yosua Felowship Ministry