Judul
Buku : Kehidupan Kristen Dalam
Kebudayaan Duniawi
Pengarang : Douglas D. Webster
Penerbit : Gandum Mas, Malang
Tebal
Buku : 175 halaman.
Dalam
buku ini memuat tentang kehidupan Kristen dalam kebudayaan duniawi, yang pertama adalah: mentalitas baru yaitu
mental yang baru (karunia Tuhan) dimana ada keberanian untuk menyatakan Yesus
adalah Tuhan. Dan kita dituntut untuk mempunyai mentalitas seperti Kristus
karena kita adalah milik Kristus. Kedua mengenal
Yesus secara pribadi dan percaya bahwa Tuhan Yesuslah yang memimpin setiap
langkah hidup kita. Yesus tidak pernah dan tidak akan menyesuaikan diri-Nya
dengan kebudayaan manapun juga sekiranya tidak sesuai dengan firman Allah. Ketiga adalah Kristus dan manusia utuh,
Yesus datang kedunia ini membawa keselamatan kepada siapa saja yang mau dan
menyerahkan dirinya untuk diubah menjadi manusia baru. Berita pengampunan
bersifat kekal, yang sanggup menembus aliran-aliran mentalitasdari zaman ke
zaman.
Dan kita juga
harus tahu bahwa Injil juga tidak terbatas oleh waktu, dan yang harus kita
ingat bahwa Yesus tidak perna memancarkan kebudayaan abad pertama, melainkan Ia
membentuk budaya tersendiri dengan mengubah orang-orang secara utuh melalui
pembenaran dan perdamaian dengan Allah Bapa. Keempat adalah suasana Roma: dahulu dan sekarang. Dalam pembahasan
tentang kota Roma bisa kita melihat dari sejarah bahwa roma adalah kota
berkembangnya aliran sekularisme dan animisme bisa dilihat dari peninggalan
berupa patung-patungnya. Dan cara penerapan injil pada zaman Paulus akan
berbeda dengan zaman sekarang oleh sebab itu kita harus melihat kebudayaan yang
sekarang ini. Kelima adalah menara
teknologi Babel, sedikit sekali manusia yang meremehkan manfaat yang telah
dibawa oleh teknologi. Teknologi mengungkapkan apa yang menjadi hakekat kondisi
rohani manusia modern.
Keenam adalah
materialisme: candu abadi. Pemuda kaya yang dengan sedih pergi meninggalkan
Yesus karena Dia menuntut pemuda ini menjual semua harta miliknya, jangan perna
harta dan jaminan material menjadi penghalang iman menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juru selamat. Ketujuh adalah
jawaban yang tidak kita beri. Bila kita menyampaikan injil sampaikanlah dengan
kuasa Yesus dimana setiap Yesus mengajar dan memberitakan tentang kerajaan
Allah pasti kuasa-Nya selalu ditunjukan dan setiap orang yang mendengar menjadi
yakin dan percaya. Kedelapan adalah
adakah keluarga dapat selamat. Keluarga mampu berfungsi secara wajar
anggota-anggotanya bertindak seiring dengan struktur yang telah ditetapkan
Allah. Salah satu faktor utama dalam kehancuran hubungan orang tua si anak
adalah hilangnya pengaruh etika dan moral dari orang tua.
Kesembilan adalah
misi: suatu cara hidup. Dimana-mana ada orang-orang yang membutuhkan Kristus,
dimana-mana ada garis-garis depan budaya yang harus dilintasi, mempelajari
bahasa yang baru dan menyesuaikan diri dengan adat-adat baru mungkin diharapakan,
namun mungkin juga tidak. Kesepuluh adalah
reformasi. Cara hidup yang diminta Kristus bertentangan dengan cara hidup setan
dan dunia. Kebudayaan tidak perna mengkonfrontasi Kristus. Kristuslah yang
mengkonfrontasi kebudayaan, suatu reformasi baru yang dipimpin oleh Firman
Allah dan Roh Allah merupakan kenyataan yang sangat dibutuhkan di dalam
kebudayaan modern ini.
Penting Kebudayaan dalam Komunikasi Lintas Budaya
Setiap
orang memiliki budaya dan tidak seorang pun dapat dipisahkan dari budayanya
sendiri. Tantangan berat bagi para misionaris (baik dalam maupun luar negeri)
adalah mengidentifikasi diri dengan orang-orang yang dilayani. Untuk itu,
mereka dituntut memahami budaya kelompok masyarakat yang dituju.
Tuhan Yesus juga melaksanakan
mandat kebudayaan
-
Ia menyembuhkan
orang-orang sakit Analogi
: Baksos, Operasi katarak MGC
-
Ia memberi makan kepada 5.000 orang lapar Analogi : Membantu
korban bencana alam
-
Ia mengasihi
orang-orang miskin dan orang-orang marginal (terpinggirkan)
Matius 25 : 34-40
Matius 25 : 34-40
Dalam gerakan
pemberitaan Injil yang dilakukan oleh para misionaris, pernah terjadi perbedaan
yang tidak jelas antara Injil dan kebudayaan. Walaupun tidak mudah, perbedaan
Injil dan budaya harus dibuat dengan jelas. Jika perbedaan antara kedua unsur
tersebut kurang jelas, akan ada bahaya bagi pembawa Injil untuk membiarkan
budayanya sendiri menjadi pesan Injil. Ada beberapa contoh "bagasi
budaya" yang dijadikan bagian dari pesan Injil, seperti demokrasi,
kapitalisme, bangku dan mimbar gereja, sistem organisasi, peraturan, pakaian
resmi pada hari Minggu, dll.. Akhirnya, sering kali terjadi permasalahan
terhadap budaya asing yang ditambahkan atau dilampirkan pada pesan Injil
mengakibatkan penolakan terhadap kekristenan.
Ketika
berhadapan dengan budaya, Injil sering menghadapi dua kemungkinan, yaitu Injil
menelan budaya atau budaya menelan Injil. Kedua-duanya sama-sama mendatangkan
kerugian. Jalan keluarnya adalah kontekstualisasi.
Rekomendasi
Buku Kehidupan Kristen dalam Kebudayaan Duniawi karangan Douglas
D. Webster saya rekomendasikan kepada semua dosen teologi/misiologi, mahasiswa
teologi, misionaris (calon misionaris), pemimpin gereja, pelayan dan semua
kategori/pelayan awam. Buku ini memang disiapkan untuk mereka-mereka ini untuk
memperlengkapi pengetahuan mereka.
Buku ini akan sangat menolong mereka-mereka ini untuk
memahami tema-tema tersebut dalam buku Kehidupan Kristen dalam Kebudayaan
Duniawi ini, yang dirangkum dalam suatu upaya untuk memahami bagaimana
menghadapi budaya duniawi dalam konteks, yaitu konteks kehidupan orang Kristen.