ANGKATAN 2008

ANGKATAN 2008

Senin, 22 Juli 2013

Sintesa Gembala Sidang dan Pendidikan Agama Kristen

Sintesa Gembala Sidang dan Pendidikan Agama Kristen

Oleh : Ronald Y. Sinlae, S.Th


Definisi
            Kata “Gembala” dalam perjanjian lama menggunakan kata רָעָה (ra‘ah) mengandung makna to tend yang berrti memelihara; pasture yang berarti memberi makan rumput segara, mengembalakan.
            Pendidikan Agama Kristen dalam pernyataan Martin Luther (1483-1548) menjelaskan pengertian Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Pendidikan Agama Kristen berfungsi untuk memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.



Tugas
            Sebagai gembala sidang mempunyai tugas utama yaitu mengasihi Domba-domba dalam Yesaya 40:11, Yohanes 10:14, gembala mengenal domba-domba dan domba-domba mengenal gembala.
            Kedua, gembala melayani domba, 1 Petrus 5:2, 1 Tesalonika 2:7, Yohanes 10:15. Ketiga, Gembala menjadi teladan bagi domba, 1 Petrus 5:3, 1 Korintus 11:1. Keempat, memimpin Domba dalam Yesaya 45, Yesaya,40:11, kelima, memperlengkapi domba, Filipi 1:9-10, 1 Yoh 4:1, Matius 4:4; Kolose 3:16.
            Alexander Strauch mengatakan bahwa, “Tugas Penggembalaan itu ditandai dengan hubungan yang erat sekali, kasih, kelemah lembutan, kerendahan hati, kecakapan, dan kerja keras.

Guru menjadi penuntun murid untuk percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat. Menjadi tanggungjawab guru untuk dapat menjelaskan tentang Jalan Keselamatan sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Firman Allah. Dengan lain kata, guru harus kenal Juruselamat baru dapat mengenalkan orang lain pada Juruselamat. Tuntunan bukan berarti paksaan, namun tuntunan dapat juga menjadi paksaan. Sebab itu para guru hendaknya tidak memaksa muridnya untuk mengenal Juruselamat, namun menuntun muridnya dengan kasih dan mendoakannya, sehingga dengan kesadaran diri dapat menerima Kristus.
Dengan hadirnya Kristus dalam hidup, maka hidup itu diberkati oleh Allah; itulah yang menjadi hasil pelayanan para guru Kristen. Kehadiran Roh Kudus yang diberikan kepada setiap orang percata, termasuk guru-guru Kristen, itulah yang dapat membuka semua rahasia Allah yang tersembunyi. Pelayanan Pendidikan Agama Kristen harus menuntun murid sampai pada pemilikan karunia-karunia yang diberikan Allah bagi orang percaya. Guru dalam hal ini mendapat kesempatan yang luar biasa untuk menunjukkan kekayaan/kemuliaan dan maksud kekal Allah bagi muridnya.
   Iman Kristen semuanya bersumber pada Alkitab, sebab itu pengenalan, pengetahuan tentang Firman Allah ini sangat penting dan relevan bagi para guru, murid dan orang percaya. Dengan Firman Allah inilah tujuan pembelajaran memahami perintah, petunjuk, nasihat yang selanjutnya menuntun para guru, murid, dan orang percaya untuk sadar akan rencana Allah yang hakiki bagi hidup Kristen. Pengetahuan Alkitab merupakan hal utama yang perlu mendapat sorotan-perhatian dari para guru Pendidikan Agama Kristen, agar dapat menciptakan murid-murid yang tumbuh dalam kedewasaan yang penuh dengan kekuatan Firman Allah. Sadar dan memiliki Firman Allah akan membuat hidup dan tabiat mampu merefleksikan kebenaran Injil dengan tepat dan etis.

Kesimpulan
            Hubungan antara Gembala sidang dan Pendidikan kristen tidak dapat dipisahkan Yaitu:
            Sebagai gembala sidang mempunyai tugas utama yaitu mengasihi Domba-domba dalam Yesaya 40:11, Yohanes 10:14, gembala mengenal domba-domba dan domba-domba mengenal gembala.
            Kedua, gembala melayani domba, 1 Petrus 5:2, 1 Tesalonika 2:7, Yohanes 10:15. Ketiga, Gembala menjadi teladan bagi domba, 1 Petrus 5:3, 1 Korintus 11:1. Keempat, memimpin Domba dalam Yesaya 45, Yesaya,40:11, kelima, memperlengkapi domba, Filipi 1:9-10, 1 Yoh 4:1, Matius 4:4; Kolose 3:16.

Referensi :
1. James Strong, The New Strong’s Exhaustive Concordance of the Bible “Greek Dictionary of the New Testament” (Kanada: Thomas Nelson Publisher’s, 1990), 27.  
2. Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan konkordansi Perjanjian Baru Jilid 1 (Jakarta: LAI, 2004), 656.
3. Steven Talumewo, Kevin C., Antropologi dan Hamartologi (Surabaya, STEP, 1994), 22.
4. Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Plato sampai Ig. Loyola, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 342.  
5. Alexander Strauch, Kepenatuaan atau Kependetaan: Manakah yang Alkitabiah (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1992), 135.

Admin : Renal





      

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar