BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Akal
merupakan kelebihan yang dimiliki manusia dari mahluk lain. Dari akal pula
muncul berbagai ilmu pengetahuan, karena pemikiran yang dilakukan akal
bersumber pula dari ilmu-ilmu yang telah ada. Dan dengan kemampuan rasio pula
manusia dapat menjangkau jauh dari sesuatu yang hanya terlihat (empiris),
sesuatu di luar indera dan menemukan sebuah kebenaran filsafat.
Dengan
tingkat pemahaman manusia yang beragam menyebabkan perbedaaan pendapat tentang
kebenaran yang di anut. Dan hal ini menimbulkan berbagi aliran dalam dunia
filsafat, salah satunya adalah filsafat materialisme yang lebih menekankan pada
kenyataan dan empirisme. Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang
dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu dan suatu metode berpikir
atau cara berpikir untuk memecahkan problem-problem gejala alam dan masyarakat.
Filsafat merupakan sikap hidup manusia dan sebagai pedoman untuk bertindak
dalam menghadapi gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun, filsafat bukan
berarti suatu kepercayaan
yang dogmatis dan membuta.
yang dogmatis dan membuta.
Filsafat
mempersoalkan tentang masalah-masalah etika/moral, estetika/seni,
sosial/politik, epistemologi/tentang pengetahuan, ontologi/tentang manusia.
Kategori persoalan filsafat meliputi soal-soal hubungan antara bentuk dan isi,
sebab dan akibat, gejala dan hakekat, keharusan dan dan kebetulan, keumuman dan
kekhususan.
Filsafat
mempersoalkan soal-soal yang pokok. Sedangkan soal yang terpokok dari persoalan
filsafat adalah soal hubungan antara ide dan materi, fikiran dan keadaan. Mana
yang primer dan mana yang sekunder di antara keduanya itu, ide atau materi,
fikiran atau keadaan. Jawaban dari persoalan terpokok tersebut akan membagi
semua aliran filsafat menjadi dua kubu, kubu filsafat Idealisme dan kubu
filsafat Materialisme.
Semua
aliran filsafat yang memandang dan menyatakan ide atau pikiran sebagai hal yang
primer, dan materi atau keadaan sebagai suatu hal yang sekunder, termasuk dalam
kubu filsafat Idealisme. Sebaliknya, semua aliran filsafat yang memandang dan
menyatakan materi atau keadaan sebagai hal yang primer, dan ide atau pikiran
sebagai hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat Materialisme.
Filsafat
mempunyai banyak sekali aliran. Tapi dari semua aliran yang banyak sekali itu
bisa dibagi hanya dalam dua kubu, yakni kubu filsafat Idealisme dan kubu
filsafat Materialisme. Aliran pokok filsafat adalah idealisme dan materialisme.
tapi, di samping dua aliran yang pokok itu, terdapat pula aliran filsafat
dualisme.
Walau
begitu, aliran filsafat dualisme pada hakekatnya adalah aliran filsafat
idealisme juga karena pandangannya didasarkan pada ide yang mereka reka.
Filsafat dualisme memandang ide dan materi, pikiran dan keadaan, sebagai hal
yang kedua-duanya primer atau tidak ada yang sekunder. Pandangan seperti itu
pasti tidak berdasarkan atas kenyataan. Itulah idealismenya filsafat dualisme.
Filsafat
selalu mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas tertentu. karena itu
filsafat selalu mempunyai dan merupakan watak dari suatu kelas. Filsafat
idealisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan kelas pemilik alat
produksi yang menindas dan menghisap yaitu kelas-kelas tuan budak atau pemilik
budak, kelas tuan feodal atau tuan tanah, kelas borjuis atau kapitalis dan
sebagainya. Tetapi sebaliknya, filsafat materialisme mencerminkan watak dan mewakili
kepentingan kelas bukan pemilik alat produksi yang tertindas dan terhisap,
yaitu klas buruh dsb. Sedang filsafat dualisme mencerminkan watak dan mewakili
kepentingan klas pemilik alat produksi tapi yang tertindas dan juga terhisap
yaitu klas borjuis kecil dsb.
BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME
Aliran ini berpandangan bahwa hakikat realisme adalah
materi, bukan spiritual, atau super natural. Demokritos ( 460-360 SM )
merupakan pelopor pandangan meterialisme klasik yang disebut juga “ atomisme “
Demokratis beserta para pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri
dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi ( yang disebut
atom-atom ). Atom merupakan bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak
dapat melihatnya. Atom-atom ini bergerak, sehingga dengan demikian membentuk
realitas pada panca indra kita.
Karakteristik
umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu asumsi bahwa
realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan
gerak dalam ruang, asuksi tersebut menunjukkan bahwa :
1.
Semua sains
biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan yang lain ditinjau
dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal ( sebab akibat ).
Jadi, semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
2.
Apa yang
dikatakan jiwa ( mind ) dan segala kegiatannya ( berfikir, memahami ) adalah
merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau
organ-organ jasmani yang lainnya.
3.
Apa yang
disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.
A. MATERIALISME DIALEKTIK
1. Monisme dan
Dualisme:
Monisme
adalah suatu sistem pandangan filsafat yang bertitik tolak dari satu dasar
pandangan, yaitu dari materi atau dari ide. Sedangkan Dualisme adalah suatu
sistem pandangan filsafat yang bertitik tolak dari dua dasar pandangan, yaitu
dari materi dan ide sekaligus.
Dengan
begitu, filsafat materialisme dan idealisme walau pandangannya bertitik tolak
dari dasar yang bertentangan, tapi sistem pandangannya itu sama, yaitu monisme.
Jadi sistem pandangan filsafat materialisme dan idealisme adalah sama-sama monois.
Artinya, pandangannya sama-sama bertitik tolak dari hanya satu dasar, yaitu
dari dasar materi atau dari dasar ide. Bedanya, dari sistem pandangan monoisme
filsafat materialisme bertitik tolak dari dasar materi. Sebaliknya, sistem
pandangan monoisme filsafat idealisme bertitik tolak dari dasar ide.
2. Materialisme,
idealisme dan dualisme:
A. Materialisme
Materialisme
adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi.
Materialisme memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide
ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu,
kemudian baru ide. Pandangan materialisme itu berdasarkan atas kenyataan
menurut proses waktu dan zat. Artinya :
i.
Menurut proses
waktu: Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir di
dunia, dunia dan alam atau materi ini sudah ada lebih dahulu.
ii.
Menurut
proses zat: Manusia ini tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa
ada atau tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu
adalah materi, tapi materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini yang
lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia.
B. Idealisme
Idealisme
adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari ide
(gagasan). Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedang materei
sekunder. Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala
sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau
pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudian sesuatu
itu ada. Terhadap adanya pandangan yang demikian itu, Lenin dengan tajam
mengkritik idealisme sebagai filsafat yang tanpa otak.
C. Dualisme
Dualisme
adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi dan
ide sekaligus. Dualisme memandang bahwa materi dan ide itu sama-sama primernya.
Tidak ada yang sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada persamaan. Materi itu ada
karena ada ide atau pikiran. Juga sebaliknya, ide atau pikiran itu ada karena
ada materi. Tapi pada hakekatnya, pandangan dualisme yang demikian itu juga
idealis, karena pandangan seperti itu tidak lain hanya pada ide, dan tidak ada
dalam kenyataan.
Dengan
begitu, Filsafat materialisme adalah filsafat yang obyektif. Sebaliknya,
filsafat idealisme adalah filsafat yang subyektif karena pandangannya bertitik
tolak dari ide atau pikiran.
3. Aliran
Materialisme dan idealisme:
a. Aliran
Materialisme
Filsafat
materialisme mempunyai banyak macam aliran. Dari banyak macam aliran
materialisme itu terdapat tiga aliran yang besar dan pokok, yaitu materialisme
mekanik, materialisme metafisik dan materialisme dialektik. Ketiga asliran
filsafat itu mempunyai perbedaan-perbedaan antara yang satu dengan yang lain,
dan bahkan juga terdapat saling pertentangannya.
o Materialisme mekanik
Materialisme
mekanik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan
metodenya mekanis. Ajaran materialisme mekanik ialah bahwa materi itu selalu
dalam keadaan gerak atau berubah. Geraknya itu adalah gerak yang mekanis,
artinya gerak yang yang tetap begitu saja selamanya seperti yang telah terjadi,
atau gerak yang berulang-ulang seperti geraknya mesin yang tanpa perkembangan
atau peningkatan.
o Materialisme metafisik:
Materialisme
metafisik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan
metodenya metafisis. Ajaran materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu
selalu dalam keadaan diam, tetap, tidak berubah selamanya. Tapi seandainya
materi itu berubah, maka perubahan itu terjadi karena faktor luar atau karena
kekuatan dari luar. Gerak materi itu gerak ekstern atau disebut gerak luar.
Selanjutnya materi itu dalam keadaan yang terpisah-pisah, tidak mempunyai dan
tidak ada saling hubungan antara yang satu dengan yang lain.
o Materialisme dialektik:
Materialisme
dialektik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis, sedangkan
metodenya dialektis. Ajaran materialisme dialektik mengajarkan bahwa materi itu
selalu saling punya hubungan, saling mempengaruhi, dan saling bergantung antara
yang satu dengan yang lain. Bukannya saling terpisah-pisah atau berdiri
sendiri. Materi itu juga selalu dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang.
Bukannya selalu diam, tetap atau tidak berubah.
Selanjutnya,
gerak materi itu merupakan gerak intern, yaitu gerak atau berubah karena dari
faktor dalamnya atau karena kekuatan dari dalamnya sendiri. Bukannya gerak
ekstern, yaitu gerak atau berubah karena faktor atau karena kekuatan dari luar.
Kemudian gerak materi itu secara dialektis, yaitu gerak atau berubah menuju ke
tingkatnya yang lebih tinggi dan lebih maju seperti spiral. Bukannya gerak
mekanis. Adapun yang disebut “diam”, itu hanya tampaknya atau bentuknya. Sebab,
hakekat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya “diam” itu, isinya tetap
gerak. Jadi, “diam” itu juga satu bentuk gerak.
b. Aliran Idealisme
Filsafat idealisme mempunyai dua aliran,
yaitu aliran idealisme obyektif dan idealisme subjektif.
Idealisme
obyektif
Idealisme
obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan
idealismenya itu bertitik-tolak dari ide universil, ide di luar ide manusia.
Menurut idealisme obyektif, segala sesuatu yang timbul dan terjadi, baik dalam
alam maupun dalam masyarakat, adalah hasil atau karena diciptakan oleh ide
universil.
Idealisme
subjektif
Idealisme
subjektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan pandangan
idealismenya itu bertitik-tolak dari ide manusia atau idenya sendiri. Menurut
idealisme subjektif, segala sesuatu yang timbul dan terjadi –baik dalam alam
maupun dalam masyarakat– adalah karena hasil atau karena ciptaan oleh ide
manusia atau oleh idenya sendiri.
4. Materi dan Ide
a. Materi
Materi
mempunyai arti yang berbeda, yaitu antara arti menurut pengertian filsafat dan
arti menurut pengertian ilmu alam. Arti materi menurut pengertian filsafat
adalah luas, sedangkan arti menurut pengertian ilmu alam adalah terbatas. Dalam
arti menurut filsafat, materi adalah segala sesuatu yang ada secara obyektif,
ada di luar ide atau di luar kemauan manusia. Materi adalah segala sesuatu yang
bisa disentuh dan bisa ditangkap oleh indera manusia, serta bisa menimbulkan
ide-ide tertentu. Adapun dalam arti menurut pengertian ilmu alam, materi adalah
segala sesuatu yang mempunyai susunan atau yang tersusun secara organis, atau
yang berarti disebut dengan benda.
Dengan
begitu, pengertian filsafat tentang materi berarti sudah mencakup pula dengan
pengertian materi menurut ilmu alam. Materi mempunyai peranan menentukan ide
dan perkembangannya. Materi bisa menimbulkan ide atau mendorong timbulnya ide.
Suatu ide timbul sesudah lebih dulu suatu materi timbul dan ditangkap oleh
indera. Adalah jelas, bahwa materi yang bernama otak yang “memproduksi” ide.
b. Ide (Gagasan)
Ide
(Gagasan) adalah cermin dari materi atau merupakan bentuk lain dari materi.
Tetapi, ide itu tidak mesti persis sama seperti matei yang dicerminkan. Ide
selalu berada di atas atau di depan materi. Ide bisa menjangkau jauh di depan
materi. Namun, ide tetap tidak bisa lepas dari materi.
Materi
dan ide adalah dua bentuk lain dari gejala yang satu dan sama. Materi
menentukan ide, sedangkan ide mempunyai pengaruh terhadap perkembangan materi.
Jadi ide juga mempunyai peranan aktif, tidak pasif seperti cermin biasa.
5. Gerak
Gerak
adalah suatu eksistensi dari adanya materi atau suatu pernyataan dari adanya
materi. Ini berarti bahwa sesuatu yang bergerak adalah selalu materi. Tidak ada
gerak tanpa materi, atau tidak ada gerak yang bukan materi. Ini sama halnya
bahwa tidak ada materi tanpa gerak.
Segala
sesuatu itu selalu bergerak, berubah dan berkembang. Tidak ada sesuatu yang
tetap, kecuali gerak itu sendiri. Artinya bahwa segala sesuatu itu tetap dalam
keadaan gerak. Bahwa gerak itu tetap berlangsung terus selamanya bagi segala
sesuatu. Gerak mempunyai dua bentuk utama, yaitu gerak mekanis dan gerak
dialektis.
o Gerak mekanis:
Gerak
mekanis adalah gerak atau perubahan yang bersifat berulang-ulang, yang tetap
dalam lingkungannya yang lama, dan tidak akan menuju atau mencapai perubahan
yang bersifat kualitatif atau yang bersifat lebih tinggi dan lebih maju. Gerak
mekanis adalah gerak yang bersifat kuantitatif, gerak yang begitu saja terus
menerus, berulang-ulang seperti bergeraknya sebuah mesin.
o Gerak dialektis:
Gerak
dialektis adalah gerak atau perubahan yang bersifat meningkat (progresif), dari
tingkatannya yang rendah menuju ke tingkatannya yang lebih tinggi sampai
mencapai kualitas yang baru. Gerak atau perubahan dialektis dari tingkatannya
yang rendah menuju ke tingkatannya yang tinggi sampai mencapai kualitas yang
baru, itu tampaknya juga seperti mengulangi dalam bentuknya pada tingkat yang
rendah. Tapi bentuk yang baru itu sudah dalam keadaan kualitas yang lebih tinggi. Jadi
tidak mengulangi kembali seperti semula dalam bentuk pada tingkatannya yang
lama. Arah gerak perubahan dialektis adalah seperti spiral.
o Diam
“Diam”
itu juga merupakan suatu bentuk gerak.. sifatnya sangat relatif atau sangat
sementara sekali. artinya bentuk “diam” itu hanya bersifat sangat sementara
karena di dalam yang “diam” itu juga terdapat proses gerak dari
kekuatan-kekuatan yang berkontradisi dan saling mendorong yang ketika itu
sedang bertemu pada suatu titik. kekuatan-kekuatan itu sama kuatnya sehingga
salah satunya tidak ada yang tergeserkan dari titik bertemunya. Keadaan itulah
yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan “diam”.
Tapi
keadaan “diam” itu sangat relatif atau sangat sementara karena dua kekuatan
yang saling berkontradiksi dan saling mendorong itu pada saat dan akhirnya
pasti akan segera ada yang terdesak dan tergeser dari tempatnya. pada saat
terjadinya pergeseran itulah akan tampak dengan nyata gejala gerak atau
perubahan.
Kecuali
itu, keadaan yang tampaknya diam juga bisa terjadi karena proses perubahan
sesuatu belum sampai pada pengubahan kualitas atau pengubahan bentuknya yang
lama, masih bersifat pada pengubahan secara kuantitas sehingga belum mampu
menunjukkan gejala-gejala perubahannya.
Keadaan
yang itu pula yang menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan
“diam”, tetapi sebenarnya di dalam sesuatu yang tampaknya “diam” itu terus
berlangsug proses gerak atau proses perubahan. Maka dalam waktu yang sangat
relatif atau sangat sementara bila proses gerak atau proses perubahan itu sudah
sampai pada pengubahan kualitas, gejala gerak atau perubahan sesuatu itu akan
tampak dengan jelas.
Gerak
atau perubahan itu sendiri karena dari adanya faktor internal atau karena
adanya kekuatan-kekuatan yang mendorongnya di dalamnya, di dalam materi itu
sendiri. Gerak materi adalah gerak intern. Faktor atau kekuatan intern dari
materi itu sendiri yang akan menentukan gerak atau perubahannya. Sedangkan
faktor luar atau kekuatan-kekuatan yang mendorong dari luar adalah faktor atau
kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengaruh terhadap keadaan intern suatu materi.
Peranan dari faktor atau kekuatan luar itu bisa menghambat atau mempercepat,
bahkan bisa juga menentukan gerak atau perubahan suatu materi. Tapi, bagaimana
pun juga pengaruh faktor luar atau kekuatan itu, pada akhirnya yang paling
menentukan adalah faktor intern dari materi itu sendiri.
6. Materi, Ruang
dan Waktu
Materi,
Ruang dan Waktu adalah merupakan hal yang selalu saling hubungan dan tidak
terpisahkan. Materi selalu berada dalam ruang dan berkembang menurut waktu.
Tidak ada materi tanpa atau berada di luar ruang, juga tidak ada materi
berkembang tanpa waktu. Materi di dalam ruang, menyebabkan materi mempunyai
saling hubungan antara yang satu dengan yang lain. Sedang materi di dalam
waktu, membuat materi itu bisa menjadi berkembang.
Ruang
adalah sesuatu yang mempunyai luas dan isi materi. Tidak ada ruang yang kosong tanpa
materi, dan ruang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain. Adapun
sifat hubungan itu adalah horisontal atau mendatar. Karena itu ruang dapat
dicapai secara berulang dan lebih dari satu kali. Ruang menempatkan materi yang
ada di dalamnya untuk berkembang sesuai dengan luas ruang itu.
Waktu
adalah detik-detik yang terus bersambung tanpa ada berhentinya. Detik-detik
yang terus bersambung itu, hubunganny adalah bersifat vertikal atau bersusun.
Karena itu detik-detik atau waktu tidak bisa dicapai secara berulang-ulang
lebih dari satu kali. Sebab waktu terus berjalan maju, terus berlalu tanpa
berhenti dan tidak kembalai pada detik-detik yang telah lewat. Maka, waktu
menempatkan materi untuk berkembang mengikuti jalannya waktu yang terus maju.
Waktu terus-menerus mendorong materi untuk berkembang lebih maju secara
historis, bersusun tingkat demi tingkat, fase demi fase dalam proses yang terus
berlangsung.
Demikian
materi, ruang dan waktu mempunyai saling hubungan yang erat dan konden, yang
sama sekali tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain. Materi berada
dan berkembang dalam ruang dan waktu. Materi berkembang dalam ukuran luas ruang
dan maju menurut tingkatan waktu.
B. DIALEKTIKA MATERIALIS
Inti
dari permasalahan dialektika adalah masalah saling hubungan dari segala
sesuatu, serta masalah gerak atau masalah perubahan dan perkembangan segala
sesuatu itu. Dalam masalah gerak, Dialektika Materialis mempersoalkan dan
mempunyai tiga asas gerak, yaitu: Kontradiksi, Perubahan Kuantitatif ke
Kualitatif, dan Negasi dari Negasi.
Kontradiksi
-Arti dan peranan
kontradiksi
Kontradiksi
adalah pertentangan atau perbedaan. Kontradiksi ini mempunyai sifat umum dan
khusus, atau mempunyai sifat keumuman dan kekhususan.
- Keumuman kontradiksi
Kontradiksi itu ada dimana-mana dan dalam seluruh
waktu. Terdapat di segala sesuatu, di mana pun dan kapan pun selalu dan pasti
mengandung kontradiksi. Kontradiksi itu terjadi dan berlangsung terus menerus
melalui proses awal dan akhir. Artinya, kontradiksi itu pasti mempunyai awal
dan juga mempunyai akhir. Ada awal kontradiksi dan ada akhir kontradiksi. Dan
sesudah kontradiksi itu berakhir, pasti disusul atau timbul lagi kontradiksi
baru yang juga mempunyai awal dan kemudian juga akan berakhir pula.
Begitu terus menerus, kontradiksi itu tidak akan ada
putus-putusnya. Berakhir yang satu, berawal yang baru. Selesai yang satu,
timbul yang baru.
Kekhususan kontradiksi :Ø
Kontradiksi
itu berbeda-beda menurut adanya didalam sesuatu hal yang berbeda-beda pula.
Artinya, karena hal yang satu berbeda dengan hal yang lain,maka hal yang ada
atau yang dikandung didalam dalam hal yang berbeda itu, juga berbeda.
Kontradiksi itu tidak hanya berbeda menurut halnya yang berbeda, tetapi juga
berbeda-beda menurut tingkat-tingkat perkembangan di dalam satu hal itu.
Artinya karena tingkat-tingkat perkembangandidalam satu hal itu berbeda-beda,
maka kontradiksi yang berlangsung pada tingkat perkembangan tertentu, juga
berbeda dengan kontradiksi pada tingkat perkembangannya yang lain.
Macam KontradiksiØ
Kontradiksi
yang ada di dalam sesuatu itu tidak hanya satu, tetapi lebih dari satu atau
banyak. Dan kontradiksi yang banyak itu tidak semua sama kedudukannya, juga
tidak semua sama peranannya, sifatnya dan wataknya. Ada tiga macam kontradiksi,
yaitu: Kontradiksi pokok, Kontradiksi dasar, dan Kontradiksi antagonis.
o Kontradiksi pokok
Kontradiksi
pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros, yang memimpin dan menentukan
adanya kontradiksi-kontradiksi yang lain yang tidak pokok. Kontradiksi pokok
itu di dalam penyelesaiannya harus diutamakan. Sedangkan kontradiksi tidak
pokok adalah kontradiksi yang muncul ditentukan oleh kontradiksi pokok, dan
perkembangannya dipimpin dan tunduk kepada kontradiksi pokok itu.
o Kontradiksi dasar
Kontradiksi
dasar adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara
yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dikompromikan (baca: tidak bisa
didamaikan). Kontradiksi dasar juga merupakan kontradiksi yang menentukan
adanya sesuatu dan menentukan bentuk dari sesuatu itu.
o Kontradiksi antagonis
Kontradiksi
antagonis mempunyai dua pengertian, yaitu antagonis dalam artian wataknya atau
disebut dengan kontradiksi yang berwatak antagonis dan antagonis dalam artian
bentuknya atau disebut dengan kontradiksi yang berbentuk antagonis. Kontradiksi
antagonis dalam artian wataknya atau kontradiksi yang berwatak antagonis adalah
kontradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan antara yang satu
dengan yang lain dan tidak bisa didamaikan, serta mengandung saling
menghancurkan dengan unsur-unsur kekerasan dalam penyelesaiannya.
Kontradiksi
antagonis dalam artian bentuknya atau kontradiksi yang berbentuk antagonis
adalah kontradiksi yang penyelesaiannya mengambil bentuk kekerasan, walau watak
kontradiksinya sendiri tidak antagonistis.
Ketiga
macam kontradiksi itu mempunyai saling hubungan, meskipun tidak tentu satu
kontradiksi mengandung ketiga macam kontradiksi itu sekaligus. Artinya,
kontradiksi pokok tidak tentu kontradiksi dasar, dan juga tidak tentu
kontradiksi yang berwatak antagonis. Akan tetapi, kontradiksi dasar, salah satu
tentu menduduki dan menjadi sebagai kontradiksi pokoknya. Kontradiksi dasar itu
sendiri tidak tentu kontradiksi yang antagonis, baik antagonis dalam artian
wataknya maupun antagonis dalam artian bentuknya. Sedang kontradiksi yang
antagonis dalam artian wataknya yang antagonis, tentu saja mengandung
kontradiksi dasar. Dan kontradiksi yang berwatak antagonis itu tentu menduduki
serta menjadi sebagai kontradiksi pokok.
Segi-segi kontradiksiØ
Setiap
kontradiksi di dalam sesuatu hal, tentu mengandung segi-segi yang berkontradiksi,
atau di dalam setiap hal tentu mengandung segi-segi yang berkontradiksi.
Hakekat dari hukum kontradiksi adalah hukum persatuan dan perjuangan dari
segi-segi yang bertentangan, dan hakekat dari belajar tentang dialektika adalah
belajar tentang hukum kontradiksi tersebut.
Segi-segi
yang berkontradiksi selalu mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda antara
yang satu dengan yang lain, yaitu sbb :
o Segi pokok dan segi tidak pokok
Segi
pokok adalah segi yang memimpin segi yang lain yang tidak pokok. Segi tidak
pokok tunduk kepada segi pokok. Sebab, segi pokok merupakan segi yang menuntut
bahwa permasalahannya segera untuk diselesaikan atau dipenuhi, dan merupakan
segi yang membawa arah jalannya segi yang lain yang tidak pokok.
o Segi berdominasi dan segi tidak
berdominasi
Segi
berdominasi adalah segi yang menentukan kualitas sesuatu. Di dalam masyarakat,
segi yang berdominasi berarti segi yang berkuasa, dan juga berarti segi yang
menentukan kualitas masyarakat itu. Sedangkan segi yang tidak berdominasi
adalah segi yang tidak menentukan kualitas. Di dalam masyarakat, segi yang
tidak berdominasi berarti segi yang tidak berkuasa atau segi yang dikuasai.
o Segi berhari depan dan segi tidak
berhari depan
Segi
berhari depan adalah segi yang akan atau yang sedang berkembang, segi yang
masih akan terus ada atau akan terus hidup di dalam perubahan atau di dalam
tingkat perkembangan kualitas yang baru dan kelanjutannya. Sedangkan segi tidak
berhari depan adalah segi yang akan layu atau yang sedang melayu, segi yang
adanya atau hidupnya hanya terbatas di dalam kualitas yang lama dan tidak akan
da lagi di dalam perubahan atau di dalam tingkat perkembangan kualitas yang
baru atau kelanjutannya.
o Segi berhegemoni dan segi tidak
berhegemoni
Segi
berhegemoni adalah segi di dalam gejala sosial atau di dalam masyarakat. Segi
berhegemoni hanya di dalam kategori revolusi. Dalam hal revolusi itu, segi
berhegemoni adalah segi yang memimpin, segi yang membawa dan menentukan arah
perkembangan revolusi.[22] Segi berhegemoni mempunyai syarat
dan menampakkan ciri-cirinya, yaitu sbb:
- Mempunyai program
perjuangan kelas yang bisa diterima oleh seluruh nasion atau diterima secara
nasional.
a.
Menjadi
teladan di dalam melaksanakan program-program perjuangan kelas-nya yang sudah
diterima secara nasional oleh seluruh nasion itu.
b.
Mempunyai
kekuatan yang cukup untuk melaksanakan kepemimpinannya.
c.
Mampu
menggalang persatuan dan kekuatan nasional (front atau aliansi).
Keempat
macam kedudukan dan peranan segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat saling
hubungan, tapi tidak berarti bahwa satu segi kontradiksi tentu menempati atau
mempunyai empat kedudukan dan peranan itu secara sekaligus. Sebagaimana halnya
segi pokok tidak tentu secar sekaligus sebagai segi yang berdominasi maupun
segi yang berhari-depan. Di dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial,
segi pokok pada hakekatnya adalah segi yang berhegemoni.
Segi
berdominasi tidak tentu segi pokok dan juga tidak tentu segi berhari-depan. Di
dalam kategori revolusi atau di dalam gejala sosial, segi berdominasi tidak
tentu segi yang berhegemoni. Segi berhari-depan tidak tentu segi pokok, dan
juga tidak tentu segi berdominasi. Di dalam kategori revolusi atau di dalam
gejala sosial, segi berhari-depan tidak tentu segi berhegemoni. Tapi segi
berhari-depan itu pada tingkat menjelang perubahan kualitas lama ke kualitas
baru, pasti menduduki atau menjadi segi pokok. Di dalam kategori revolusi atau
di dalam gejala sosial, segi berhari-depan itu pada tingkat menjelang
kemenangan revolusi dalam proses perubahan masyarakat lama ke masyarakat baru, pasti
menduduki atau menjadi segi berdominasi. Dan di dalam kategori revolusi atau di
dalam gejala sosial, segi berhari-depan di dalam masyarakat baru pasti
menduduki atau menjadi segi yang berkuasa.
Segi
berhegemoni pasti segi pokok. Tapi segi berhegemoni tidak tentu segi
berhari-depan dan juga tidak tentu segi berdominasi atau segi yang berkuasa.
Hanya pada tingkat menjelang kepastian kemenangan revolusi, dalam prose
perubahan masyarakat lama ke masyarakat baru, segi yang berhegemoni pasti juga
sebagai segi berdominasi atau segi yang berkuasa.
Hukum Mutasi
Hukum mutasi atau hukum perpindahan adalah suatu hukum
yang berlaku di dalam proses kontradiksi. Artinya, kedudukan dan peranan satu
kontradiksi atau segi kontradiksi bisa bermutasi. Kontradiksi pokok bisa
berubah menjadi kontradiksi tidak pokok. Sebaliknya, kontradiksi tidak pokok
bisa berubah menjadi kontradiksi pokok. Kontradiksi berbentuk antagonis bisa
berubah menjadi kontradiksi tidak berbentuk antagonis, sebaliknya kontradiksi tidak
berbentuk antagonis bisa berubah menjadi kontradiksi berbentuk antagonis.
Tetapi, hukum mutasi itu tidak berlangsung pada
kontradiksi dasar dan pada kontradiksi yang berwatak antagonis. Artinya,
kontradiksi dasar dan kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap atau tidak
akan berubah. Kontradiksi dasar akan tetap sebagai kontradiksi dasar, dan tidak
akan berubah menjadi kontradiksi tidak dasar. Sebaliknya, kontradiksi tidak
dasar juga akan tetap dan tidak akan berubah menjadi sebagai kontradiksi dasar.
Selanjutnya, kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap, tidak akan berubah
menjadi kontradiksi yang tidak berwatak antagonis. Begitu sebalinya,
kontradiksi yang tidak berwatak antagonis juga akan tetap tidak berubah menjadi
kontradiksi berwatak antagonis. Kedua kontradiksi itu, yaitu kontradiksi dasar
dan kontradiksi berwatak antagonis yang akan tetap pada kedudukannya, tidak
akan berubah, namun dalam proses perkembangan akhirnya tentu akan hancur salah
satunya. Kehancuran itu terjadi pada menjelang dan menyebabkan berubahnya suatu
kualitas atau masyarakat, serta berarti timbulnya kualitas baru atau lahirnya
masyarakat baru.
Hukum mutasi itu juga berjalan pada segi-segi yang
berkontradiksi, yaitu segi pokok bisa berubah menjadi segi tidak pokok. Sebaliknya,
segi tidak pokok bisa berubah menjadi segi pokok. Segi berdominasi bisa berubah
menjadi segi tidak berdominasi. Sebaliknya, segi yang tidak berdominasi bisa
berubah menjadi segi yang berdominasi. Di dalam masyarakat, segi yang berkuasa
bisa berubah menjadi segi yang tidak berkuasa. Sebaliknya, segi yang tidak
berkuasa bisa berubah menjadi segi yang berkuasa. Segi berhegemoni bisa berubah
menjadi segi yang tidak berhegemoni. Sebaliknya, segi yang tidak berhegemoni
bisa berubah menjadi segi yang berhegemoni.
Tetapi hukum mutasi tidak akan berlangsung pada segi
berhari-depan. Segi berhari-depan akan tetap sebagai segi berhari-depan, tidak
akan mengalami perpindahan atau akan berubah menjadi segi tidak berhari-depan
selama dalam periode kualitas lama atau dalam periode masyarakat lama. Walau
mungkin, sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, segi
berhari-depan dari kualitas lama atau masyarakat lama itu bisa bermutasi atau
berubah menjadi segi tidak berhari-depan. Tetapi, mutasi atau perubahan itu
baru terjadi sesudah dalam kualitas baru atau dalam masyarakat baru, dan tidak
akan terjadi selama dalam satu periode kualitas lama atau masyarakat lama.
C. EPISTEMOLOGI MATERIALIS
Epistemologi
adalah teori tentang pengetahuan, yakni tentang asal dan lahirnya pengetahuan
serta peranan dan perkembangan pengetahuan.
1. Asal dan
Lahirnya Pengetahuan
Asal
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah berasal dari praktek, baik praktek langsung maupun praktek tidak
langsung. Praktek langsung adalah praktek atau pengalaman sendiri. sedangkan
praktek tidak langsung adalah praktek atau pengalaman orang lain. Praktek
langsung menimbulkan pengetahuan langsung, sedang praktek tidak langsung,
menimbulkan pengetahuan yang tidak langsung. Dengan begitu, baik pengetahuan
langsung maupun pengetahuan tidak langsung kedua-duanya berasal dari praktek.
Dari
kedua pengetahuan itu, pengetahuan langsung lebih penting dari pengetahuan
tidak langsung. Maka, praktek atau pengalaman langsung juga lebih penting dari
pada ptraktek atau pengalaman tidak langsung.
Pengetahuan
langsung itu bersifat terbatas katrena praktek langsung atau pengalaman sendiri
juga terbatas. Sebaliknya, pengetahuan tidak lansung bersifat luas karena praktek
tidak langsung atau pengalaman orang lain luas.
Lahirnya
Pengetahuan
Pengetahuan
lahir melalui dua tingkat, yakni tingkat sensasi dan rasio. Pengetahuan tingkat
sensasi, atau sensasional adalah pengetahuan yang langsung yang ditangkap
secara apa adanya dari praktek. Pengetahuan sensional bersifat kuantitatif dan
sepotong-potong serta menyiuapkan pengetahuan rasional. Karena itu, pengetahuan
sensasional akan menjadi kurang ada gunanya bagi ilmu pengetahuan atau tidak
bisa menjadi ilmu pengetahuan bila tidak ditingkatkan menjadi pengetahuan
rasional. Pengetahuan sensasional yang tidak ditingkatkan menjadi pengetahuan
yang tidak rasional hanya akan menjadi pengetahuan biasa, pengetahuan tingkat
rendah yang sederhana yang bersifat kuantitatif (kennis).
Adapun
pengetahuan rasional adalah pengetahuan hasil penangkapan, hasil penelitian dan
penangkapan, serta merupakan penyimpulan dari pengetahuan sensasional Dengan
begitu, pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak langsung dari
praktek, pengetahuan tingkat kedua sebagai peningkatan dan kelanjutan dari
pengetahuan sensasional. Pengetahuan rasional bersifat luas dan kualitatif.
Lengkap, tidak sepotong-potong. Bersifat kombinatif dan konklusif dari sejumlah
pengetahuan sensasional yang sepotong-potong. Pengetahuan rasional merupakan
perubahan kualitatif dari pengetahuan sensasioanl dan menjadi ilmu pengetahuan
(wetenschap).
Tentang
pengetahuan sensional dan pengetahuan rasional itu ada pandangan yang ekstrim
dan salah dari kaum sensasionalis dan kaum rasionalis. Kaum sensasionalis
memandang pengetahuan sensasional itu sebagai pengetahuan obyektif dan benar
karena pengetahuan sensasional adalah pengetahuan yang lansung berasal dari
praktek. Dengan begitu, pandangan kaum sensasionalis adalah pandangan yang
sepotong-potong. Kaum sensasionalis tidak memandang sifat-sifat yang sempit,
terbatas dan sepotong-potong dari pengetahuan sensasional. Mereka seperti tidak
memandang bahwa segala sesuatu itu tidak hanya terdiri dari yang sepotong.
Karena itu keobyektifan dan kebenaran sesuatu tidak bisa di pandang dari hanya
sepotong itu. Sesuai dengan pandangannya, kaum sensasionalis memandang
pengetahuan rasional sebagai pengetahuan yang tidak obyektif dan tidak benar,
atau diragukan keobyektifan dan kebenarannya karena pengetahuan rasional adalah
pengetahuan yang tidak langsung berasal dari praktek. Dan karena rasio itu bisa
salah salah dalam menyimpulkan, maka penghetahuan rasional sebagai pengetahuan
hasil penyimpulan itu pun bisa salah.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Usiono, M.A, pengantar filsafat
pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2006.
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem
Dan Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988.
Ali, Mudhofir, 1988, Kamus Teori dan Aliran
dalam Filsafat, Yogyakarta : Liberty, 1990.
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat
Pendidikan, Medan, 2011.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan,
Bandung : Alfabeta, 2003.
Usiono, Pengantar filsafat Pendidikan, Jakarta
Selatan : Hijri Pustaka Utama, 2009, hlm.119
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988. Hal 30
Ibid, hal 34
http://artikeldaniklanbarisgratis.blogspot.com/2008/10/materialisme-metafisis-dan-dialektis.html
Drs. Usiono, M.A, pengantar filsafat pendidikan,
Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2006.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta : Bumi Aksara, 2008. Hal 78
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung
: Alfabeta, 2003. Hal 29
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Hal 47
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988. Hal 50
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :
Bumi Aksara, 2008. Hal 80
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988. Hal 76
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Hal 49
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988. Ha 86
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Hal 53
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :
Bumi Aksara, 2008. Hal 83
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988. Hal 93
Ibid, hal 94
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung
: Alfabeta, 2003. Hal 30
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :
Bumi Aksara, 2008. Hal 87
Imam, Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan
Metode, Yogyakarta : Andi Offset, 1988. Hal 91
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Hal 70
Ali, Mudhofir, 1988, Kamus Teori dan Aliran dalam
Filsafat, Yogyakarta : Liberty, 1990. Hal 57
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung
: Alfabeta, 2003. Hal 36
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Aksara, 1994. Hal 90
TIM Pengajar UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Hal 76
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung
: Alfabeta, 2003. Hal 41
Ali, Mudhofir, 1988, Kamus Teori dan Aliran dalam
Filsafat, Yogyakarta : Liberty, 1990.
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung
: Alfabeta, 2003. Hal 45
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2008. Hal 61
Admint: Renal